SECURE CONTAIN PROTECT VS LEAGUE OF CREEPYPASTA
WHICH SIDE YOU’RE ON?
“Monsters are real, ghost are real too. They live inside us and sometimes, they win.”
– Stephen King
***
“Kau membawa banyak anak buah, Dok.” Toby menyiapkan kapaknya, “Apa kau kurang pede dengan kemampuanmu?”
Doctor Plague tertawa, “Justru kalian-lah yang masuk ke teritori kami. Selama ini kau menang karena main keroyokan. Kini tubuh kalian akan terlihat sangat cocok di meja operasiku ... katakanlah, untuk membuat Phoenix kedua?”
“Jangan harap kau bisa membuat tubuhku jadi semacam Frankenstein!” Jeff segera melompat untuk menusukkan pisaunya ke arah Doctor Plague, namun dengan sigap serangan itu dipatahkan oleh SCP yang berjaga di depannya.
“Jangan khawatir Jeff ... aku akan mempertahankan senyummu itu sebagai kepala Phoenix baruku.” Doctor Plague segera menunjuk ke arah para karakter Creepypasta itu, “Habisi mereka semua!”
Makhluk-makhluk SCP itu segera melesat, namun Toby dan kawan-kawan lebih dari siap.
“Bersembunyilah,” ujar Zlatan pada Quinn dan Holden, “Siapapun yang menang, kita akan kalah.”
Jeff kembali menghunuskan pisaunya ke SCP yang menghadangnya, namun cakarnya yang berhasil menangkap pisau itu dan memelintir tangan Jeff.
“Siapa kau,” Jeff meludah ke arahnya, “Kau jelek sekali.”
“Dia SCP 087 ... penghuni ‘Stairs To Nowhere’.” jawab Doctor Plague sambil memukulkan ujung tongkatnya ke telapak tangannya sendiri, “Oya, jika kalian belum tahu, kalian semua berada di dasar Tangga Tanpa Ujung.”
“Huh, pantas tempat ini bau sekali!” Jeff tak menyerah dan terus menyerang SCP 087 tanpa ampun.
Sementara itu di bawah tangga, Jugde Angel berusaha menangkis serangan monster lain.
“Si ... siapa kau?” Angel mulai kewalahan dengan serangan bertubi-tubi makhluk itu.
“Perkenalkan itu adalah SCP 106. Wajar jika kau tak mengenalinya karena aku sudah memodifikasinya.” ujar Doctor Plague dari atas tangga.
“Huh, itu membuatku lebih percaya diri!” Judge Angel kini lebih ofensif ketimbang defensif, “Jika aku pernah berhasil membunuhmu, maka aku pasti bisa membunuhmu lagi!”
“Oh ya, dan hati-hati dengan manekin itu, Nona Manis. Itu bukan boneka biasa, melainkan SCP 847. Dan ia sangat benci pada perempuan yang berusaha menyaingi kecantikannya.” Doctor Plague menoleh ke arah Clockwork yang tengah bertarung.
Clockwork menusukkan pisau ke arah manekin wanita itu dan terkejut melihat darah yang mengucur ketika ia berhasil menusuknya. Walaupun bagian dalam manekin itu sama seperti manusia, namun ia tak menunjukkan rasa sakit, hanya wajah tanpa ekspresi.
Manekin berwujud perempuan itu tiba-tiba mematahkan tangannya sendiri hingga membentuk potongan yang runcing. Ia lalu membuang potongan tangannya dan langsung menyerang Clockwork menggunakan sisa tangannya yang kini menyerupai ujung tombak itu.
“Jika ia sudah mematahkan bagian tubuhnya untuk digunakan sebagai senjata, percayalah ... ia akan menggunakan potongan tubuhmu untuk menggantikannya ...”
SCP 847 berhasil menjatuhkan pisau milik Clockwork, jadi gadis itu berusaha berimprovisasi dengan menggunakan rantai jamnya.
“Your time is up!” Clockwork mencekik manekin itu dan berhasil mematahkan lehernya. Namun dari balik kegelapan, ia melihat puluhan manekin lain muncul dengan langkah terseok-seok.
“Sial!” bisiknya.
“Kau butuh bantuan, Natalie?” seru Toby.
“Urus saja musuhmu!” Clockwork tanpa ragu sedikitpun langsung menyerang musuh-musuhnya.
“Makhluk apa kau ini sebenarnya?” Bloody Painter bersiap menghadapi makhluk ganjil di depannya, namun makhluk itu justru berteriak, mengeluarkan suara lengkingan yang memaksanya menutup telinganya.
“Bergabunglah saja denganku, Otis.” ujar Doctor Plague, “Bersama kita bisa mengekspresikan ‘bakat senimu’ ...”
“Pergi saja sendiri ke neraka, Plague!” Bloody Painter berusaha menyerangnya lagi, namun suara makhluk itu kembali membuatnya bertekuk lutut.
“Hihihihi ...” Sally tertawa melihat dua monster yang tengah mengepungnya. Makhluk di depannya adalah SCP 280 yang hanya berjalan menggunakan tangannya, sementara bagian bawah tubuhnya sama sekali tak terlihat. Sementara makhluk lain yang berada di belakangnya merupakan korban dari virus SCP 610 yang menyebabkannya menjadi massa daging yang tak berbentuk.
“Apa kalian mau bermain denganku?”
Sally melemparkan boneka teddy bearnya ke arah SCP 280 dan langsung boneka itu menerkamnya dengan ganas. SCP 610 langsung menyerangnya, namun Sally segera melompat dan menungganginya seolah ia tengah naik kuda-kudaan.
“Hahahaha ... asyik sekali!” ia malah tertawa riang.
“Astaga, itu!” Holden yang tengah ketakutan menunjuk makhluk SCP yang berada di depan mereka. Seekor kucing yang hanya berwujud separuh.
“Itu Josie alias SCP 529. Tenang dia ...”
“Huh, aku benci kucing!” Quinn langsung mengejarnya.
“Hei, apa yang kau lakukan? Ia sama sekali tidak berbahaya!”
Melihat semua orang sibuk, Toby meneruskan usahanya untuk membuka pintu di depannya. Namun percuma, pintu itu terkunci. Toby menghantamkan kapaknya berkali-kali. Namun pintu itu tetap bergeming.
“Apa-apaan ini? Seharusnya pintu ini hanya terbuat dari kayu ...”
“Kau mencari ini?”
Toby menoleh dan melihat Doctor Plague memamerkan sebilah kunci yang menggantung di jarinya.
“Berikan itu padaku!”
Namun tiba-tiba ia mendengar seutas suara yang langsung menghentikan langkahnya.
“To ... by ....”
“Lyra?” Toby menoleh mencari asal suara itu, “Lyra, benarkah itu kau? Kau masih hidup?”
“To ... by ...”
Toby segera menghampiri asal suara itu dari balik pilar, namun Quinn segera menyergapnya.
“Jangan ke sana, Toby!”
Tiba-tiba seekor monster lainnya mencoba menerkam Toby, namun dengan cekatan ia menebaskan kapaknya.
“Aku juga mendengarnya menirukan suara Alice. Ia adalah salah satu SCP.”
Makhluk bergigi tajam itu memamerkan taringnya. Hampir saja Toby terlena oleh panggilan jebakan itu.
“SCP 393, segera bunuh mereka!” perintah Doctor Plague, “Supaya aku segera bisa menyatukan tubuh mereka.”
“Quinn, tolong aku! Rebut kunci itu! Aku tahu hanya kau yang bisa melakukannya!”
Itu permintaan Toby sebelum ia turun ke panggung pertempuran menghadapi SCP 393. Quinn segera menoleh ke arah Doctor Plague yang terlihat menikmati pertempuran para SCP melawan League of Creepypasta ini, seolah ia tengah menyaksikan pertunjukan gladiator. Ia sedang lengah dan Quinn tahu benar, ia takkan mempertimbangkan Quinn sebagai lawan yang sepadan.
Sementara itu, Zlatan memutuskan tak ikut campur dengan semua kekacauan itu. Ia mendengar suara helikopter dari kejauhan.
Masih ada helikopter evakuasi, pikirnya. “Holden, ikutlah denganku ...”
“Ta ... tapi ...”
Zlatan tak menunggu persetujuan anak itu untuk membawanya pergi dari kancah pertempuran. Ia menyusuri jalan yang mereka lalui tadi dan melihat sebuah helikopter tengah mendarat di sebuah lapangan dekat mereka.
“Helikopter itu ... ada kesempatan untuk pergi dari sini!”
Ia sebenarnya ingin mengajak Quinn juga, namun gadis itu sudah telanjur berpihak pada League of Creepypasta yang amat dibencinya.
Langkah Zlatan terhenti ketika ia melihat sosok yang tak pernah ia duga melangkah keluar dari helikopter itu.
“Milos?”
***
“Madam Gillespie!” Dr. Wondertainment menyalakan smart TV-nya. Terlihat beberapa layar yang menampilkan para member O-5 secara live streaming. Namun hanya kursi mereka yang terlihat. Aneh, pikir Dr. Wondertainment. Biasanya mereka selalu siap sedia.
“Dimana kalian? Ada pertempuran hebat antara Doctor Plague melawan para Thaumiel ...”
Dr. Wondertainment nyaris melompat karena terkejut begitu Shirley muncul ke depan layar. Namun wanita itu berteriak kesakitan. Tubuhnya terbakar.
“AAAAAAARGH!!! AAAAAAAAARGH!!!”
“Madam Gillespie! Apa yang terjadi ...”
Matanya membelalak begitu menyadari para anggota O-5 yang lain mengalami nasib serupa. Mereka semua terbakar. Anehnya, semua kobaran api itu terlihat berasal dari dalam tubuh mereka sendiri. Dengan ngeri, Dr. Wondertainment menyaksikan tubuh mereka habis dilalap api hingga tinggal menyisakan abu.
“SCP 0881 ...” bisiknya ketakutan, “Spontaneous Combustion Virus ... “
Ia bergidik ngeri, menyadari bahwa virus itu pernah berada di SCP Park, namun dilaporkan hilang sebulan lalu.
“Si ... siapa yang melakukan ini semua?”
***
“Kita harus pergi sekarang! Kapal evakuasi telah tiba.” Dr. Quentin mengemasi mejanya, namun tiba-tiba Dr. Mercury menembaknya, tepat di kepala.
“Apa yang kau lakukan?” jerit Dr. Zyn Kiryu ketika melihatnya.
“Dia-lah pengkhianatnya! Apa kalian tak mengerti?” ia menghadap ke koleganya yang lain, yakni Dr. Athena dan Dr. Montenegro. “Dia ahli komputer di sini. Ia-lah yang merusak sistem kita dari dalam!”
Tiba-tiba Dr. Zyn Kiryu menjerit ketika mayat Dr. Quentin perlahan-lahan bangkit.
“Virus zombie!” jerit dokter wanita itu, “SCP 008 telah lepas.”
“AAAAAARGH!!!” Dr. Mecury berteriak kesakitan ketika mayat hidup itu langsung menerkamnya.
“Karantina mereka, sekarang!” perintah Dr. Athena. Dengan segera, ketiga orang yang tersisa segera keluar dan mengunci mereka berdua di dalam ruangan tersebut.
“Ti ... tidak!” raung Dr. Mercury, “Jangan tinggalkan aku!”
“Apa kalian yakin?” Dr. Nikolai Montenegro menoleh ke arah kedua koleganya dengan ragu.
“Tak ada jalan lain. Segera lepaskan gas saraf itu!”
Pria berkulit hitam itu menurutinya dan begitu menekan tombol merah, gas putih langsung keluar membanjiri ruangan karantina itu dan membunuh Dr. Mercury bersama zombie di dalamnya.
“Ini gawat! Virus apalagi yang berhasil terlepas di SCP Park ini?” Dr. Zyn Kiryu segera mengenakan maskernya.
“Tak ada waktu untuk memastikannya. Kita harus segera keluar dari pulau terkutuk ini!” jawab Dr. Athena.
“Ta ... tapi Dr. Wondertainment ...”
“Tinggalkan dia!” perintah Dr. Athena. “Dia masih memiliki tugas lain untuk dilakukan!”
***
“Milos ...” Zlatan masih menatapnya dengan waspada. “Apa kau yang melakukan ini semua?”
“Aku datang untuk memperingatkanmu, Zlatan ...” ucapnya dengan suara serak, “Namun sepertinya aku sudah terlambat. SCP Park telah ikut musnah.”
“Apa maksudmu?” Zlatan memicingkan matanya.
“Allison Cho, gadis yang kucintai ... pemimpin Black Queen ... dialah alasanku mengkhianati SCP ... dia telah mati ...”
Ia terisak. Zlatan tak pernah melihat sahabatnya itu menangis sebelumnya.
“Apa yang terjadi, Milos?”
“Mereka semua mati! Black Queen dan Chaos Insurgency ... semua anggotanya mati. Tak ada yang tersisa.”
“Sama seperti di sini? Bagaimana ini terjadi?” serunya pada Milos Darko, “Siapa yang melakukan ini semua.”
“Hanya tinggal satu tersangka yang tersisa, bukan?” Milos menyeringai.
Zlatan membawa Holden bergerak mundur. Ada yang aneh dengan sahabatnya.
Milos tiba-tiba mengeluarkan sebuah topeng putih.
“Ti ... tidak! Segera buang topeng itu, Milos!” seru Zlatan. Ia tahu benar apa benda itu. “Possesive Mask” atau SCP 035.
“Kalian takkan bisa keluar dari sini hidup-hidup.” Suara pemuda itu berubah. Jelas bukan Milos yang berbicara, melainkan iblis yang mendiami topeng itu.
Ia kemudian melihat Milos mengeluarkan belati dari balik pinggangnya.
Zlatan tanpa pikir panjang kembali berlari membawa Holden menuju ke tempat dimana para SCP bertarung melawan League of Creepypasta. Entah kenapa, ia merasa di sana lebih aman ketimbang berada di luar sini.
***
Quinn segera melompat dan merebut kunci itu dari Doctor Plague. Ia berhasil menggapainya dan membawakannya kepada Toby.
Toby dengan kapaknya berhasil mengunci leher SCP 393 di tembok dan segera menggunakan kunci itu untuk membuka pintu. Quinn merasa amat bangga pada dirinya sendiri. Dia berhasil mengecoh seorang SCP paling berbahaya.
Matanya bertatapan dengan Doctor Plague. Ia hanya berdiri di sana, sama sekali tak berusaha merebut kunci itu kembali.
Tunggu!
Bagaimana jika ini jebakan? Bagaimana jika ini memang rencananya?
Quinn menoleh dan melihat pintu yang terbuka itu.
Bagaimana jika kunci itu sendiri adalah SCP?
TO BE CONTINUED