The Electdoll : Part 2

The Electdoll

-Eps 2: Kutukan-

Hai, aku akan kembali menceritakan keseharianku bersama boneka sialan dan terkutuk ini setelah aku resmi menjadi tuan barunya.
.
Hari ini adalah hari terakhir masa orientasi siswa di sekolah baruku. Sebetulnya dari awal menginjakkan kaki ke dalam sekolah ini, aku ingin meminta kepada orang tuaku untuk pindah sekolah.
Keinginanku bukan tanpa alasan. Semua teman baruku, ralat musuh baruku di sekolah ini rata-rata menyebalkan. Belum kenal saja mereka sudah mengerjaiku dengan menaruh permen karet di bangku miliku. Andaikan aku punya peliharaan yang bisa ku perintah untuk membunuh mereka, sudah pasti aku akan membuat mereka menyesal telah di lahirkan di dunia ini.


"Sofie tyaningsih, harap maju ke depan."
Tiba-tiba terdengar suara bariton seorang kakak osis memanggil namaku yang sontak membuatku begidik ngeri.
Ku coba mencari sumber suara tersebut yang ternyata berasal dari seorang cowok tinggi besar dan berwajah sangar. Di lihat dari paras wajah khas orang Manadonya aku langsung tau kalau dia adalah wakil ketua osis sekaligus orang terkasar kedua di sekolah ini, Fernando atau yang akrab di panggil kak Nando.
Aku mulai berjalan dengan kebingungan sembari melewati tatapan-tatapan licik dari penghuni kelas ini.
"Ciee, ada yang mau bersih-bersih wc nih. Semangat ya." terdengar suara seorang cewek yang nyeletuk ketika aku sedang lewat di dekatnya.
Wait! Apa dia bilang? Bersih-bersih wc?
"Jadi ini yang namanya Fie? Hmmm, boleh juga." Ucap seorang kakak osis lainnya yang ku ketahui bernama Rizaldi.
"Sekarang saya meminta kamu untuk membersihkan semua toilet yang ada di sekolah ini, sekarang!" Tegas kak Nando yang sontak membuatku kaget.
"Ap-apa? Kenapa saya harus membersihkan toilet? Apa salah saya, Kak?" Balasku membela diri.
Ada apa dengan mereka, kenapa tiba-tiba mereka menyuruhku membersihkan toilet.
"Haha, apa salahmu? LIHAT INI!" tegasnya sembari memperlihatkan selembar kertas bertuliskan "Kakak kelas kok kasar banget, itu kakak kelas apa eeq gajah."
Aku sempat ingin tertawa namun kuurungkan niatku ketika air muka kak Nando berubah menjadi serius.
"Saya berani bersumpah, bukan saya yang menulis di kertas itu kak" ucapku.
"Lalu kenapa kertas ini ada di dalam tasmu?" Hardiknya yang membuatku diam seribu bahasa.
"Sekarang saya tidak ingin mendengarkan alasanmu lagi! kamu pilih mana, bersihkan semua toilet yang ada disekolah ini atau kamu mau menginap disini sendirian?" Lanjutnya lagi.
Aku tidak menjawab pertanyaannya, ku putuskan untuk menyelesaikan masalah ini setelah itu aku akan meminta kepada orang tuaku untuk pindah sekolah.
Aku sempat melirik kepada sekumpulan badgirl yang tersenyum licik kepadaku. Aku sudah menduga jika merekalah yang melakukan semua ini.
.
Singkat cerita, aku sudah dalam perjalanan menuju toilet sekolah ini. Di sepanjang koridor perasaanku tidak enak. Aku merasa seperti ada sesuatu yang mengawasi setiap langkahku.
"Jika kau mau, kau bisa membunuh mereka dengan boneka itu."
Tiba-tiba aku mendengar suara gadis misterius itu lagi. Ya, gadis misterus yang ku temui di rumah sakit itu seolah-olah selalu berada disisiku ketika emosiku sedang tidak stabil.
Tunggu, Boneka itu? Bukankah boneka itu ada di dalam tasku? Apa jangan-jangan mereka juga mengambilnya? Ah, syukurlah kalau begitu. Sekarang aku bisa terbebas dari boneka sialan itu.
.
Singkat cerita, aku pun telah sampai di depan toilet. Belum masuk saja bau-bauan tak sedap sudah menggerayangi lubang hidungku, mungkin aku akan pingsan jika sudah masuk di dalamnya.
"Hey, anak baru."
Tiba-tiba terdengar suara seorang lelaki dari arah belakangku.
Aku pun menoleh dan betapa terkejutnya diriku, kini sudah ada di hadapanku tiga orang cowok yang ku perkirakan murid kelas sebelas. Masing-masing dari mereka menatapku dengan tatapan yang aneh.
"I-iya, ada apa kak?" Tanyaku dengan gugup.
"Adududu, kamu ngapain di kamar mandi sendirian? Nanti kalau kamu di gigit hantu gimana?" Jawab salah satu dari mereka sembari memelukku.
Aku pun memberontak, namun apalah dayaku yang seorang perempuan. Tenagaku tak sebanding dengannya.
"Enaknya kita apain nih cewek?"
"Kita ewe lah."
Apa? Apa masa depanku akan direnggut oleh tiga berandalan ini? Tidak! Aku harus melawan!
*Plak
Ku tampar wajah salah satu dari tiga cowok berandalan tersebut hingga memerah.
"Kurang ajar lu ya!" Ucap cowok yang ku tampar tadi sembari membuka kancing bajuku.
"Tidak, lepaskan aku! Jangan lakukan i- assh" ucapanku terpotong karena kakiku di injak oleh salah salah satu dari mereka.
Kini aku sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku menengadah sembari berharap sebuah keajaiban akan datang.
Betapa terkejutnya diriku ketika kepalaku menghadap ke atas. Sesuatu yang mungkin sekarang ku harapkan ke beradaanannya kini telah merayap di langit-langit toilet.
Ya, boneka itu kini tengah merayap seakan hendak menerkam ketiga berandalan ini.
Tapi tunggu, Ada sesuatu yang janggal. Tangan kiri boneka itu di aliri aliran listrik!
"Arrrgh!" Salah satu berandalan tersebut mengerang kesakitan ketika boneka itu menggogit lehernya.
Dua temannya tampak terkejut melihat kedatangan boneka itu.
Ketika mereka lengah, ku tendang kemaluan dari salah satu berandalan tersebut dengan sekuat tenaga.
*Gubrak
Satu orang telah tumbang. Kini tinggal dua orang lagi.
"Arrrgh!" Dua murid berandalan yang tersisa tersebut kini mengerang kesakitan setelah tersengat listrik dari lengan kanan boneka itu.
*Gubrak
Mereka pun terjatuh dengan keadaan tubuh yang gosong. Bau menyengat yang berasal dari tubuh mereka membuatku pusing dan akhirnya aku tak sadarkan diri.
.
Aku terbangun di ruang UKS dengan di temani oleh seseorang yang kusadari adalah ketua osis di sekolah ini, kak Hida.
"Kamu sudah sadar?" Tanya kak Hida yang ku balas dengan anggukan.
Tiba-tiba, seorang kakak kelas masuk keruang UKS dengan terburu-buru sembari membawa boneka yang menolongku tadi.
"Darimana kamu mendapatkan boneka ini?" Tanyanya kepadaku
"D-dari rumah saki-"
Belum sempat aku menyalesaikan perkataanku. Tiba-tiba handphoneku berdering. Setelah ku lihat, ternyata ayah yang menelponku.
"Halo, Fie." Terdengar suara ayah dari seberang.
"Iya ada apa, Yah?" Balasku
"Ayah mau jemput kamu sekarang." Ucap ayah dengan suara tegang
"Memangnya kenapa, Yah?" Tanyaku dengan heran.
"Kakekmu meninggal!"
Dunia serasa terbalik ketika aku mendengar perkataan ayahku. Secepat itukah kakek meninggalkanku?
Tiba-tiba aku merasa pusing. Sepertinya aku akan pingsan lagi.
Tapi, sebelum aku pingsan aku sempat mendangar suara yang sudah sangat familiar bagiku. Ya, gadis misterus itu kembali membisikan perkataan yang membuatku begidik ngeri.
"Kau lah orang yang terpilih untuk mengakhiri kutukan itu."

Posting Komentar

Request Artikel bisa di lakukan di Komentar ini maupun Fanspage

Lebih baru Lebih lama